Dunia terus berkembang dari satu hari ke hari lainnya. Pendidikan dan teknologi salah satu hal yang paling cepat kalau dilihat dari segi pertumbuhannya. Bahkan sampai di suatu titik di mana pendidikan dan teknologi menyingkirkan kepercayaan bahwa adanya Tuhan. Manusia mulai mendirikan menara babel pribadinya, ingin mulai menciptakan sesuatu, ingin mulai menyamai kedudukan Tuhan Sang Pencipta Alam.
Bertumbuh pesatnya teknologi dan pendidikan membuat manusia semakin mudah untuk berpikir realistis. Dari hal yang dahulu tidak mungkin sekarang menjadi mungkin. Dari yang dahulu tidak pernah terbayangkan, sekarang dapat dengan mudah untuk didapatkan. Nilai-nilai kemanusiaan sudah mulai turun sehingga yang ada tinggalah daging dan tulang saja.
Hal tersebut tidak berhenti sampai disitu saja, tetapi juga mempengaruhi pola tindak dan pola pikir manusia. Manusia mulai membenci adanya perbedaan, manusia mulai membuat kelompok-kelompok dari ukuran kecil hingga ukuran sebuah negara. Perbedaan mulai ditentang, perbedaan mulai diperdebatkan mana yang baik mana yang tidak baik. Bahkan sudah seperti Tuhan yang dapat menyimpulkan kalau sesuatu itu benar atau salah.
Hingga pada akhirnya terbentuklah sebuah pola pikir baru yaitu Persamaan. Persamaan membuat manusia semakin mudah untuk bersatu. Persamaan membuat waktu yang digunakan semakin singkat. Karena menurut mereka lebih baik mencari persamaan daripada mencari perbedaan. Perbedaan hanya mempersulit keadaan.
Hal ini tampak sederhana, namun sayangnya manusia terlampau jauh menikmatinya. Itulah kenapa muncul kaum penyuka sesama jenis (gay/lesbian), muncul yang namanya kelompok-kelompok radikal yang membawa nilai negatif, muncul lah kudeta karena ketidak sukaan.
Indonesia adalah negara Plural. Beraneka ragam, beraneka macam, sangat berwarna-warni. alangkah indahnya jika warna-warna itu saling berdampingan. Alangkah hitamnya jika semua warna itu terlebur menjadi satu warna.
Perbedaan bukan untuk disamakan, namun untuk dihormati.
Persamaan bukan untuk disalah-gunakan, namun untuk ditunjukan positifnya.
Menjadi Kaya
Selasa, 01 April 2014
Senin, 31 Maret 2014
Berjalan Dengan Lancar (Semoga)
Hari ini adalah hari dimana saya merencanakan untuk memberikan surat pengunduran diri saya kepada atasan saya. Sangat berharap kalau hari ini saya bisa bertemu dan menyerahkan surat tersebut sehingga semua bisa selesai hari ini.
Semua orang saya yakin pernah merasakan di titik ini, di mana kita tidak lagi merasakan membutuhkan tempat dimana kita bekerja karena beberapa faktor. Yang paling awam dan sering dijadikan alasan adalah ketidak-nyamanan baik dari sisi pekerjaan, lingkungan, atau dengan user lain yang bekerja pada perusahaan itu.
Manusia merupakan makhluk ciptaan Yang Maha Esa, yang paling sempurna. Kita mempunyai nilai adaptasi yang sangat fleksibel dibanding dengan ciptaan lainnya. Tingkat adaptasinya pun bermacam-macam. Ada yang cepat, ada juga yang membutuhkan proses. Keadaan itu yang diukur dan menjadi faktor keberhasilan seseorang hari-hari ini. Biasa bagian personalia menyebutnya sebagai Endurance Level. Seberapa jauh kita dapat bertahan dari segala tekanan dan adaptasi yang menyerang kita. Uniknya lagi ternyata setiap manusia mempunyai level yang berbeda-beda dalam menanggapi setiap tekanan.
Saya pribadi adalah orang yang sangat menghormati birokrasi, dengan catatan birokrasi tersebut harus penting dan membantu mempercepat proses pekerjaan tertentu. Apabila birokrasi hanya membuat sesuatu menjadi lambat dan merugikan, sya memilih untuk mencari short cut. Ini lah yang terjadi pada pekerjaan yang sekarang. Saya buntu menghadapi birokrasi approval, yang sepertinya sudah sangat amat terlalu panjang. Padahal masih banyak pekerjaan lain yang membutuhkan approval lainnya. Alhasil saya memilih untuk keluar dari pekerjaan saya sekarang.
Singkatnya, saya ingin memohon bagi rekan-rekan yang membaca tulisan ini, supaya semua bisa berjalan dengan lancar hari ini. Semoga Tuhan juga memberikan izinnya atas keputusan saya hari ini.
Semua orang saya yakin pernah merasakan di titik ini, di mana kita tidak lagi merasakan membutuhkan tempat dimana kita bekerja karena beberapa faktor. Yang paling awam dan sering dijadikan alasan adalah ketidak-nyamanan baik dari sisi pekerjaan, lingkungan, atau dengan user lain yang bekerja pada perusahaan itu.
Manusia merupakan makhluk ciptaan Yang Maha Esa, yang paling sempurna. Kita mempunyai nilai adaptasi yang sangat fleksibel dibanding dengan ciptaan lainnya. Tingkat adaptasinya pun bermacam-macam. Ada yang cepat, ada juga yang membutuhkan proses. Keadaan itu yang diukur dan menjadi faktor keberhasilan seseorang hari-hari ini. Biasa bagian personalia menyebutnya sebagai Endurance Level. Seberapa jauh kita dapat bertahan dari segala tekanan dan adaptasi yang menyerang kita. Uniknya lagi ternyata setiap manusia mempunyai level yang berbeda-beda dalam menanggapi setiap tekanan.
Saya pribadi adalah orang yang sangat menghormati birokrasi, dengan catatan birokrasi tersebut harus penting dan membantu mempercepat proses pekerjaan tertentu. Apabila birokrasi hanya membuat sesuatu menjadi lambat dan merugikan, sya memilih untuk mencari short cut. Ini lah yang terjadi pada pekerjaan yang sekarang. Saya buntu menghadapi birokrasi approval, yang sepertinya sudah sangat amat terlalu panjang. Padahal masih banyak pekerjaan lain yang membutuhkan approval lainnya. Alhasil saya memilih untuk keluar dari pekerjaan saya sekarang.
Singkatnya, saya ingin memohon bagi rekan-rekan yang membaca tulisan ini, supaya semua bisa berjalan dengan lancar hari ini. Semoga Tuhan juga memberikan izinnya atas keputusan saya hari ini.
Selasa, 25 Maret 2014
Bangga Menjadi Indonesia
Made in Japan, Made in USA, Made in Taiwan, Made in China, etc.......
Made in Indonesia..
Hari ini saya dihadapkan oleh beberapa prinsip (untungnya hanya tertentu saja) untuk melihat segala sesuatu buatan dari mana, muncul darimana, perusahaan darimana, negara apa, dan sebesar apa.
Saya penganut sistem demokrasi yang sangat liberal, semua yang baik, semua yang benar tidak peduli darimana pun pasti saya akan suka dan mempromosikannya.
Berbeda dengan beberapa orang, yang masih saja percaya bahwa buatan dari luar Indonesia lebih baik daripada buatan Indonesia itu sendiri. Padahal kalau kita melihat lebih jauh ternyata Indonesia juga menghasilkan barang-barang tertentu yang di jual juga di luar negeri.
Dalam hal ini saya tidak memihak sisi manapun. Yang ingin saya bahas disini adalah, untuk apa kita membatasi diri kita sendiri untuk fanatik terhadap produk yang belum tentu baik, tetapi kita memaksakan diri kita untuk memilikinya.
Indonesia memang negara yang masih berkembang, bangsa ini maju dengan tertatih-tatih mencocokan diri mana yang paling pas dengan keadaan dan situasi seperti sekarang ini. Contohnya, apabila terjadi pergantian pemerintahan, pasti pola hidup masyarakat Indonesia juga berubah. Namun masih banyak orang yang optimis Indonesia akan menjadi negara besar dan maju. Salah satu hal yang dapat mendukung itu semua adalah tentang kualitas pendidikan, terutama untuk anak-anak muda yang nantinya akan menjadi pemimpin bangsa ini.
Sudah cukup Bangsa Indonesia memiliki pemimpin yang egois dan lemah terhadap keputusan. Sudah cukup Indonesia mempunyai masyarakat terbelakang bahkan tidak punya norma. Indonesia membutuhkan anda sebagai orang yang baik dan benar untuk menjalankan kehidupan.
Kedewasaan pendidikan tidak akan dicapai kalau kita hanya melihat diri kita lagi dan diri kita lagi. "Kalau saya pasti benar", "Anda yang salah". Parahnya lagi integritas sudah menjadi barang murah. Semua bisa dibeli dengan uang. Moral rusak, tidak punya tata krama yang sopan. Apalagi bila anda seorang pimpinan dimanapun anda berada. Ketika anda didepan sebagai pemimpin, anda adalah contoh bagi bawahan anda, teladan bagi pengikut anda.
Pemimpin itu adalah pelayan, pemimpin harus melayani apa yang dibutuhkan oleh bawahnnya. Sama seperti kita yang adalah masyarakat Indonesia. Kita yang harus melayani dan memperbahrui Indonesia, agar Indonesia tidak lagi dipandang sebelah mata. Tanggung jawab tersebut dimulai dari kita sendiri.
Made in Indonesia..
Hari ini saya dihadapkan oleh beberapa prinsip (untungnya hanya tertentu saja) untuk melihat segala sesuatu buatan dari mana, muncul darimana, perusahaan darimana, negara apa, dan sebesar apa.
Saya penganut sistem demokrasi yang sangat liberal, semua yang baik, semua yang benar tidak peduli darimana pun pasti saya akan suka dan mempromosikannya.
Berbeda dengan beberapa orang, yang masih saja percaya bahwa buatan dari luar Indonesia lebih baik daripada buatan Indonesia itu sendiri. Padahal kalau kita melihat lebih jauh ternyata Indonesia juga menghasilkan barang-barang tertentu yang di jual juga di luar negeri.
Dalam hal ini saya tidak memihak sisi manapun. Yang ingin saya bahas disini adalah, untuk apa kita membatasi diri kita sendiri untuk fanatik terhadap produk yang belum tentu baik, tetapi kita memaksakan diri kita untuk memilikinya.
Indonesia memang negara yang masih berkembang, bangsa ini maju dengan tertatih-tatih mencocokan diri mana yang paling pas dengan keadaan dan situasi seperti sekarang ini. Contohnya, apabila terjadi pergantian pemerintahan, pasti pola hidup masyarakat Indonesia juga berubah. Namun masih banyak orang yang optimis Indonesia akan menjadi negara besar dan maju. Salah satu hal yang dapat mendukung itu semua adalah tentang kualitas pendidikan, terutama untuk anak-anak muda yang nantinya akan menjadi pemimpin bangsa ini.
Sudah cukup Bangsa Indonesia memiliki pemimpin yang egois dan lemah terhadap keputusan. Sudah cukup Indonesia mempunyai masyarakat terbelakang bahkan tidak punya norma. Indonesia membutuhkan anda sebagai orang yang baik dan benar untuk menjalankan kehidupan.
Kedewasaan pendidikan tidak akan dicapai kalau kita hanya melihat diri kita lagi dan diri kita lagi. "Kalau saya pasti benar", "Anda yang salah". Parahnya lagi integritas sudah menjadi barang murah. Semua bisa dibeli dengan uang. Moral rusak, tidak punya tata krama yang sopan. Apalagi bila anda seorang pimpinan dimanapun anda berada. Ketika anda didepan sebagai pemimpin, anda adalah contoh bagi bawahan anda, teladan bagi pengikut anda.
Pemimpin itu adalah pelayan, pemimpin harus melayani apa yang dibutuhkan oleh bawahnnya. Sama seperti kita yang adalah masyarakat Indonesia. Kita yang harus melayani dan memperbahrui Indonesia, agar Indonesia tidak lagi dipandang sebelah mata. Tanggung jawab tersebut dimulai dari kita sendiri.
Senin, 24 Maret 2014
Dunia ini Panggung Sandiwara
Dunia ini panggung sandiwara
Cerita yang mudah berubah
Kisah Mahabarata atau tragedi dari Yunani
Setiap kita dapat satu peranan
Yang harus kita mainkan
Ada peran wajar ada peran berpura pura
Mengapa kita bersandiwara
Mengapa kita bersandiwara
Cerita yang mudah berubah
Kisah Mahabarata atau tragedi dari Yunani
Setiap kita dapat satu peranan
Yang harus kita mainkan
Ada peran wajar ada peran berpura pura
Mengapa kita bersandiwara
Mengapa kita bersandiwara
Kira-kira seperti itu lirik dari musisi legendaris Achmad Albar.
Panggung sandiwara, dimana semua orang memainkan perannya masing-masing.
Mari kita melihat sandiwara ini dari dua perspektif yang berbeda. Ada kalanya semua orang membutuhkan
bermain peran, kalau ternyata memang aslinya tidak baik. Sehingga ia dapat memerankan peran yang baik kali ini. Tetapi ada juga ternyata orang baik yang ternyata harus memainkan peran yang jahat, sehingga hilanglah sifat asli dari orang tersebut.
Yang terjadi saat ini adalah, semua orang (mau itu jahat atau baik), semua memainkan peran JAHAT. Bahkan ada yang berpura-pura baik untuk melakukan kejahatan. Bagaimana dengan anda? Saya sendiri mengakui bahwa kadang kala saya harus menjadi orang jahat untuk mendapatkan respek dari orang lain. Kadang saya juga harus berpura-pura baik mendukung suatu kesalahan agar mendapatkan perhatian dari komunitas tertentu.
Mungkin saat ini kita tidak ikut-ikutan di atas panggung memainkan peran, cadangan istilahnya. Namun tanpa sadar lama-lama kita akan mulai ikut memakai topeng dan memainkan peran kita masing-masing. Tanpa sadar akhirnya kita sudah ditepi panggung, dan tinggal selangkah lagi kita jatuh karena di sikut oleh orang yang berpura-pura baik tetapi ternyata jahat.
Mari kita lebih cerdas dalam melihat sekitar kita. Kepercayaan pada zaman ini memang sesuatu yang sangat langka. Semua orang berusaha untuk membangun kepercayaan sekaligus disatu sisi untuk dihancurkan kembali. Saya yakin masih banyak orang-orang tulus disekitar kita yang akan membantu kita dikala kesusahan. Mulailah untuk menjadi tulus terlebih dahulu. Tuhan tidak buta untuk membiarkan umatnya dijahati oleh orang lain. Tuhan tidak akan membiarkan orang yang berbuat baik dijahati oleh orang sekitarnya.
Segala sesuatu dimulai dari sendiri. Mungkin kita memang kecil, Mungkin kita tidak masuk hitungan. Sekecil apapun kita, kontribusi untuk membuat dunia ini semakin baik adalah sebuah pekerjaan mulia.
Minggu, 23 Maret 2014
Rutinitas
Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu, dan kembali lagi ke Senin.
Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, November, Desember dan kembali lagi ke Januari.
Untungnya angka tahun tidak mungkin ada yang sama. Satu-satunya hal yang membuktikan bahwa waktu tidak pernah berjalan mundur.
Rutinitas kita semata hanyalah pekerjaan yang tidak ada habisnya. Satu selesai, yang satu datang lagi. Itupun kalau satu langsung selesai, biasanya satu pekerjaan mempunyai waktu untuk proses tergantung dari besar kecilnya pekerjaan tersebut.
Saya pribadi saat ini sedang jenuh mengikuti proses rutinitas yang hampir sama setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, dan setiap tahunnya. Saya merasa tidak berkembang dengan baik, yang ada hanyalah pengulangan dan kejadian yang justru mengkerdilkan saya.
Jam kantor 08.30 - 17.30 dari Senin sampai Jumat, dan begitu seterusnya. Target kantor lebih banyak daripada target kehidupan pribadi.
Anyway, ini bukan semata-mata keluhan yang saya alami, ini lebih kepada percobaan dalam menyadarkan diri saya sendiri bahwa ini adalah suatu siklus yang sebenarnya tidak sehat bagi kita sebagai makhluk hidup. Saya yakin hampir semua orang melakukan hal ini tanpa sadar bahwa hidup mereka tidak ada value sama sekali. Bekerja untuk bertahan hidup, menggapai keinginan dan cita-cita.
Saya yakin kita diciptakan untuk berbuat sesuatu yang baik, bukan kerja mati-matian, lupa waktu apalagi kalau sampai melupakan kewajiban kita sebagai umat beragama. Kita tidak diciptakan untuk bekerja, tapi itu adalah suatu bentuk cara untuk kita bertahan hidup yaitu dengan bekerja.
Semoga anda yang hari ini berada dalam satu fase rutinitas berulang-ulang dapat mengambil hikmah pembelajaran, untuk apa kita hidup saat ini.
Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, November, Desember dan kembali lagi ke Januari.
Untungnya angka tahun tidak mungkin ada yang sama. Satu-satunya hal yang membuktikan bahwa waktu tidak pernah berjalan mundur.
Rutinitas kita semata hanyalah pekerjaan yang tidak ada habisnya. Satu selesai, yang satu datang lagi. Itupun kalau satu langsung selesai, biasanya satu pekerjaan mempunyai waktu untuk proses tergantung dari besar kecilnya pekerjaan tersebut.
Saya pribadi saat ini sedang jenuh mengikuti proses rutinitas yang hampir sama setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, dan setiap tahunnya. Saya merasa tidak berkembang dengan baik, yang ada hanyalah pengulangan dan kejadian yang justru mengkerdilkan saya.
Jam kantor 08.30 - 17.30 dari Senin sampai Jumat, dan begitu seterusnya. Target kantor lebih banyak daripada target kehidupan pribadi.
Anyway, ini bukan semata-mata keluhan yang saya alami, ini lebih kepada percobaan dalam menyadarkan diri saya sendiri bahwa ini adalah suatu siklus yang sebenarnya tidak sehat bagi kita sebagai makhluk hidup. Saya yakin hampir semua orang melakukan hal ini tanpa sadar bahwa hidup mereka tidak ada value sama sekali. Bekerja untuk bertahan hidup, menggapai keinginan dan cita-cita.
Saya yakin kita diciptakan untuk berbuat sesuatu yang baik, bukan kerja mati-matian, lupa waktu apalagi kalau sampai melupakan kewajiban kita sebagai umat beragama. Kita tidak diciptakan untuk bekerja, tapi itu adalah suatu bentuk cara untuk kita bertahan hidup yaitu dengan bekerja.
Semoga anda yang hari ini berada dalam satu fase rutinitas berulang-ulang dapat mengambil hikmah pembelajaran, untuk apa kita hidup saat ini.
Jumat, 21 Maret 2014
THE END
Sebenarnya sebelum menulis ini, hati nurani saya bertentangan. Rasanya memang sesuatu yang tidak pas kalau untuk ditulis dalam sebuah blog. Namun saya tetap memutuskan untuk tetap menulisnya karena kalau saya simpan ini sendiri akhirnya semua orang akan menuju ke jalan yang selalu salah.
Tulisan ini sederhana, hanya tentang akhir perjalanan hidup seorang manusia (baca:meninggal dunia).
Baru dua hari yang lalu setelah menulis blog saya yang terakhir, saya mendapatkan telepon dari istri kalau kakaknya yang pertama meninggal dunia. Pesan sederahana, namun membuat semua orang rata-rata tidak kuat menahan airmata. Umur 36 tahun dan belum menikah, ia ditemukan oleh tukang parkir sebuah mall di Jakarta terjatuh dan keluar dari mulutnya. Simpang siur, apakah meninggal ketika saat itu juga atau meninggal ketika dalam perjalanan ke rumah sakit.
Kakak istri saya ini memang seseorang yang sangat mandiri, kalau bertemu orangnya memang sedikit pendiam. Saya pribadipun sebelum dan setelah menikah, hanya bertemu dengan almarhum beberapa kali.
Dari kejadian itu saya diingatkan kembali bahwa, tujuan orang hidup pada akhirnya adalah surga atau neraka. Di dalam kepercayaan saya, semua yang percaya dan mengaku dengan mulutnya bahwa Tuhan Yesus adalah satu-satunya Jalan Kebenaran dan Hidup maka orang itu akan masuk ke Surga. Saya yakin dan percaya, semua agama mengajarkan kita semua sama. Jangan berbuat dosa, jangan berbuat kejahatan karena itu bertentangan dengan ajaran agama yang kita percayai.
Saya merefleksikan hidup saya sendiri, apa yang sudah selama ini saya lakukan. Apakah kalau tiba saatnya saya akan aman dan masuk surga? atau sebaliknya karena semua dosa saya, saya kemungkinan masuk neraka? Pada saat itu juga saya berkata dalam hati, meminta permohonan ampun atas segala dosa yang telah saya lakukan. Tapi ada aja suara yang timbul dihati saya, "paling beberapa waktu saja inget Tuhannya, inget tidak buat dosanya, setelah itu kambuh lagi"
Rekan-rekan, apapun agama kita, sudah seharusnya kita berbuat baik. Mungkin tanpa sadar kita berbuat jahat. Mungkin tanpa sadar kita berbuat dosa. Kita memang bukan seorang pembunuh, kita mungkin juga bukan seorang perampok. Namun terkadang kita menyakit hati orang lain dengan perkataan kita, dengan tingkah laku kita. Di hadapan Tuhan tidak ada dosa kecil ataupun dosa besar.
Semua dosa tetap sama di mata Tuhan. Mari kita mulai dari hari ini untuk terus berbuat baik, mari kita belajar bagaimana menghargai orang lain. Setidaknya itu membuat kita menjadi bukti contoh bahwa kita adalah orang beragama.
Kematian adalah satu hal yang pasti, semua orang sedang mengantri mendapatkan tiket untuk satu-satu pulang ke Surga, Siap atau tidak siap, itu adalah sebuah keputusan Tuhan yang tidak dapat kita perdebatkan. Namun untuk hidup lebih baik kepada orang lain itu adalah satu pilihan.
Tulisan ini sederhana, hanya tentang akhir perjalanan hidup seorang manusia (baca:meninggal dunia).
Baru dua hari yang lalu setelah menulis blog saya yang terakhir, saya mendapatkan telepon dari istri kalau kakaknya yang pertama meninggal dunia. Pesan sederahana, namun membuat semua orang rata-rata tidak kuat menahan airmata. Umur 36 tahun dan belum menikah, ia ditemukan oleh tukang parkir sebuah mall di Jakarta terjatuh dan keluar dari mulutnya. Simpang siur, apakah meninggal ketika saat itu juga atau meninggal ketika dalam perjalanan ke rumah sakit.
Kakak istri saya ini memang seseorang yang sangat mandiri, kalau bertemu orangnya memang sedikit pendiam. Saya pribadipun sebelum dan setelah menikah, hanya bertemu dengan almarhum beberapa kali.
Dari kejadian itu saya diingatkan kembali bahwa, tujuan orang hidup pada akhirnya adalah surga atau neraka. Di dalam kepercayaan saya, semua yang percaya dan mengaku dengan mulutnya bahwa Tuhan Yesus adalah satu-satunya Jalan Kebenaran dan Hidup maka orang itu akan masuk ke Surga. Saya yakin dan percaya, semua agama mengajarkan kita semua sama. Jangan berbuat dosa, jangan berbuat kejahatan karena itu bertentangan dengan ajaran agama yang kita percayai.
Saya merefleksikan hidup saya sendiri, apa yang sudah selama ini saya lakukan. Apakah kalau tiba saatnya saya akan aman dan masuk surga? atau sebaliknya karena semua dosa saya, saya kemungkinan masuk neraka? Pada saat itu juga saya berkata dalam hati, meminta permohonan ampun atas segala dosa yang telah saya lakukan. Tapi ada aja suara yang timbul dihati saya, "paling beberapa waktu saja inget Tuhannya, inget tidak buat dosanya, setelah itu kambuh lagi"
Rekan-rekan, apapun agama kita, sudah seharusnya kita berbuat baik. Mungkin tanpa sadar kita berbuat jahat. Mungkin tanpa sadar kita berbuat dosa. Kita memang bukan seorang pembunuh, kita mungkin juga bukan seorang perampok. Namun terkadang kita menyakit hati orang lain dengan perkataan kita, dengan tingkah laku kita. Di hadapan Tuhan tidak ada dosa kecil ataupun dosa besar.
Semua dosa tetap sama di mata Tuhan. Mari kita mulai dari hari ini untuk terus berbuat baik, mari kita belajar bagaimana menghargai orang lain. Setidaknya itu membuat kita menjadi bukti contoh bahwa kita adalah orang beragama.
Kematian adalah satu hal yang pasti, semua orang sedang mengantri mendapatkan tiket untuk satu-satu pulang ke Surga, Siap atau tidak siap, itu adalah sebuah keputusan Tuhan yang tidak dapat kita perdebatkan. Namun untuk hidup lebih baik kepada orang lain itu adalah satu pilihan.
Senin, 17 Maret 2014
Sabar
Kata kerja, yang paling sulit untuk dikerjakan.
Jadi bertanya-tanya dalam hati, orang Solo yang notabene katanya sabar-sabar itu, belajar darimana yah? atau karena mereka memang belum pernah datang ke Jakarta?
Anyway, issue sabar ini tiba-tiba muncul ketika kemarin sore ingin pulang dari kantor. Melihat kendaraan yang antri makin panjang membuat helaan nafas juga semakin panjang. Bisa sampai rumah jam berapa nih, kangen sama anak. Duh, baru ingat juga ternyata ini hari pertama istri pulang naik busway. Lagi berpikir seperti itu, tiba-tiba lagi hujan deras turun. Oh My...
Melihat anak buah semua udah pada ijin pulang, tinggal beberapa orang. Kerjaan pun sudah semuanya di delegasikan, gak ada alasan untuk gak pulang sekarang. Walaupun dari hati kecil berbicara, perjalanan ini akan panjang. Benar saja, baru keluar dari gedung sudah mulai antri yang ujungnya tidak kelihatan. Untungnya tadi siang sempat download beberapa lagu untuk meditasi, relaks, lagu klasik dan lain-lain. Ada total sekitar 8 lagu didownload. Saatnya mari kita coba untuk didengarkan pada perjalanan yang panjang ini. 8 lagu ini total sekitar 30 menit. Satu putaran berlalu, dua putaran berlalu, tiga putaran berlalu. Ketika putaran ke empat mulai didengarkan, duhh.. bosan pun menghampiri. Namun ketika putaran ke lima, ok time to stop. Dan menyadari bahwa perjalan ini baru setengah jalan. Singkat cerita, sampailah dirumah terlebih dahulu, sedangkan istri belum ada kabarnya. Padahal perut sudah mulai kelaparan, tapi niat menunggu istri lebih penting. Tak lama kemudian setelah 10 menit ia pun pulang dan ternyata dia sudah makan. hahaha.. Ok. Ketika malam menjelang tidur, tiba-tiba lampu diseluruh komplek perumahan padam. Dan pada saat yang bersamaan si anak pun terbangun dari tidurnya, merengek setiap menit dan ga bisa tidur. Lengkaplah sudah hari ini.
Cerita kemarin itu ditutup dengan pagi ini. Ketika membaca buku renungan, yang ingin diajarkan adalah tentang kesabaran. Sampai detik ini pun, saya masih mempertanyakan kesabaran yang dimaksud seperti apa. Banyak orang berkata, kesabaran adalah jebakan terhadap keinginan untuk bertindak lebih cepat.
Sebagai anak muda, keinginan untuk cepat dan serba instant merupakan suatu hal yang tidak bisa disingkirkan. Mereka dihadapkan oleh keadaan yang semua serba cepat, singkat, padat. Dan menariknya lagi hampir 100% dari mereka semua berorientasikan oleh hasil tanpa proses yang baik. Karena jarang proses yang baik menghasilkan hasil yang cepat. Biasanya proses nya sedikit berantakan, atau negatif, ouput hasilnya jadi cepat.
Banyak orang ingin cepat kaya, cepat terkenal, cepat dapat promosi, cepat dapat semua yang mereka inginkan. Itu tidaklah salah, alangkah baiknya jika kita juga mengikuti proses yang baik pula. Sabar itu pelajaran paling penting sebelum kita mendapatkan semua yang kita inginkan. Dengan sabar, kita menjadi manusia yang lebih dewasa, lebih berpikir panjang.
Semoga hari ini saya bisa menjadi orang yang lebih sabar dari hari kemarin.
Jadi bertanya-tanya dalam hati, orang Solo yang notabene katanya sabar-sabar itu, belajar darimana yah? atau karena mereka memang belum pernah datang ke Jakarta?
Anyway, issue sabar ini tiba-tiba muncul ketika kemarin sore ingin pulang dari kantor. Melihat kendaraan yang antri makin panjang membuat helaan nafas juga semakin panjang. Bisa sampai rumah jam berapa nih, kangen sama anak. Duh, baru ingat juga ternyata ini hari pertama istri pulang naik busway. Lagi berpikir seperti itu, tiba-tiba lagi hujan deras turun. Oh My...
Melihat anak buah semua udah pada ijin pulang, tinggal beberapa orang. Kerjaan pun sudah semuanya di delegasikan, gak ada alasan untuk gak pulang sekarang. Walaupun dari hati kecil berbicara, perjalanan ini akan panjang. Benar saja, baru keluar dari gedung sudah mulai antri yang ujungnya tidak kelihatan. Untungnya tadi siang sempat download beberapa lagu untuk meditasi, relaks, lagu klasik dan lain-lain. Ada total sekitar 8 lagu didownload. Saatnya mari kita coba untuk didengarkan pada perjalanan yang panjang ini. 8 lagu ini total sekitar 30 menit. Satu putaran berlalu, dua putaran berlalu, tiga putaran berlalu. Ketika putaran ke empat mulai didengarkan, duhh.. bosan pun menghampiri. Namun ketika putaran ke lima, ok time to stop. Dan menyadari bahwa perjalan ini baru setengah jalan. Singkat cerita, sampailah dirumah terlebih dahulu, sedangkan istri belum ada kabarnya. Padahal perut sudah mulai kelaparan, tapi niat menunggu istri lebih penting. Tak lama kemudian setelah 10 menit ia pun pulang dan ternyata dia sudah makan. hahaha.. Ok. Ketika malam menjelang tidur, tiba-tiba lampu diseluruh komplek perumahan padam. Dan pada saat yang bersamaan si anak pun terbangun dari tidurnya, merengek setiap menit dan ga bisa tidur. Lengkaplah sudah hari ini.
Cerita kemarin itu ditutup dengan pagi ini. Ketika membaca buku renungan, yang ingin diajarkan adalah tentang kesabaran. Sampai detik ini pun, saya masih mempertanyakan kesabaran yang dimaksud seperti apa. Banyak orang berkata, kesabaran adalah jebakan terhadap keinginan untuk bertindak lebih cepat.
Sebagai anak muda, keinginan untuk cepat dan serba instant merupakan suatu hal yang tidak bisa disingkirkan. Mereka dihadapkan oleh keadaan yang semua serba cepat, singkat, padat. Dan menariknya lagi hampir 100% dari mereka semua berorientasikan oleh hasil tanpa proses yang baik. Karena jarang proses yang baik menghasilkan hasil yang cepat. Biasanya proses nya sedikit berantakan, atau negatif, ouput hasilnya jadi cepat.
Banyak orang ingin cepat kaya, cepat terkenal, cepat dapat promosi, cepat dapat semua yang mereka inginkan. Itu tidaklah salah, alangkah baiknya jika kita juga mengikuti proses yang baik pula. Sabar itu pelajaran paling penting sebelum kita mendapatkan semua yang kita inginkan. Dengan sabar, kita menjadi manusia yang lebih dewasa, lebih berpikir panjang.
Semoga hari ini saya bisa menjadi orang yang lebih sabar dari hari kemarin.
Langganan:
Komentar (Atom)